Minggu, Agustus 31, 2008

Menyusun Target dalam Puasa Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan.
Sejak dulu sewaktu penulis masih kecil hingga sekarang, dalam setiap taraweh ada saja pemberi kultum membahas mengenai tingkatan puasa. Bahwa ada 3 tingkat puasa. Puasa orang awam, puasa tingkat khusus dan puasanya para wali dan nabi. Muslim umumnya dikelompokkan pada katagori 1 menuju ke 2. Dan memang seperti itulah kondisi umat islam saat ini. Mungkin kurang dari 5 % dari kita yang pernah secara sadar merencanakan sejak awal puasa apa apa yang harus dilakukan agar ibadah puasa kita tidak menjadi ibadah yang biasa biasa saja. Yang masuk ke kategori pertama.

Dalam 1 bulan ramadhan ke depan, kita mau tidak mau harus puasa. Karena itu adalah kewajiban, masuk ke rukun Islam. Tidak puasa, berarti tidak sempurna iman seorang muslim. Jika kita hanya melaksanakan puasa sebagai gugur kewajiban saja, alangkah terbuangnya waktu dan tenaga kita. Ada baiknya kita juga menetapkan target apa yang ingin kita capai dan kita lakukan setelah melewati bulan yang penuh berkah ini.

Salah satu caranya adalah kita harus memiliki tujuan dari puasa ini. Apa yang kita inginkan setelah berpuasa 30 hari non stop. Kemudian dari tujuan ini kita tentukan langkah dan rencana apa saja yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan itu.

Misalnya kita pasang target untuk selalu sholat taraweh tanpa terputus, menghabiskan mengaji Al Quran sebanyak 15 juz dalam sebulan, selalu berjamaah dalam sholat wajib, dan target lainnya. Dengan adanya guideline yang kita buat sendiri, semestinya akan mendisiplinkan kita beribadah selama bulan ramadhan ini.

Usahakan tujuan dan keinginan kita itu tertulis. Beritahukan apa yang anda inginkan dengan orang terdekat, keluarga atau teman. Agar mereka bisa menegur kita apabila melenceng dari yang kita inginkan.

Selamat Berpuasa. Be Better Person.

Jangan menggaji karyawan anda


Jika anda baru saja memulai usaha, anda tentu harus tanggung terlebih dahulu semua pengeluaran untuk membayar gaji karyawan. Sementara omset penjualan belum begitu besar. Cash flow pun jadi negative dalam 3-6 bulan usaha. Ditambah kewajiban bayar listrik, sewa ruko, telepon, dan membayar cicilan bank. Ini adalah fase krusial. Karena tidak cermat tidak sedikit usahawan pemula yang menyerah dan akibatnya kapok untuk membuka usaha lagi. Sebenarnya ada trik untuk menghindari hal ini menimpa anda adalah dengan tidak menggaji karyawan anda secara bulanan, tetapi berdasarkan omset yang bisa mereka peroleh.

Berikut contoh gampangnya. Jika anda membuka toko mainan anak dengan 2 orang karyawan dan 1 orang penjaga gudang merangkap pembukuan. Anda menggaji tiap karyawan anda sebanyak per bulan rp. 500 ribu. Maka 3 bulan pertama anda harus mengeluarkan dana gaji sebesar 3 orang x 3 bulan x 500 ribu per bulan = Rp. 4,500,000. Padahal belum tentu omset anda sudah maju pesat sebesar target yang anda perkirakan sebelumnya. Maklum, karyawan anda juga butuh penyesuaian dan pembelajaran. Bagaimana nanti kalau jika sudah lewat 1 tahun tetapi omset masih kecil, sedangkan biasanya gaji karyawan harus dinaikkan pula bukan ?

Salah satu trik yang bisa digunakan adalah dengan mengubah system penggajian. Bayarlah dengan system bonus. Makin besar omset makin besar komisi dan gaji yang mereka terima. Dengan cara seperti ini, maka karyawan dalam suatu periode mungkin akan menerima 2-3 kali lipat gaji awalnya, dan hal ini bisa meningkatkan motivasi kerjanya. Makin bekerja keras, maka makin besar pendapatan. Andapun tidak rugi membayar sang karyawan demikian tinggi. Karena yang anda dapat adalah omset yang berlipat lipat.

Kenaikan gaji tahunan karyawan, hanya akan meningkatkan motivasi mereka selama 2-3 bulan awal saja. Setelah itu semangat kerja akan kembali seperti semula. Karena begitu naik gaji, ikut naik pula kebutuhan mereka. Maka dari itu, pembayaran gaji berdasarkan omset mereka merupakan sebuah WIN WIN solution bagi anda dan karyawan.


Memulai Bisnis Nata de Coco - Investasi

Pernah mencicipi makanan berserat tinggi, berwarna putih bening, berbentuk kubus, dan terkadang dikemas dalam plastic ? Ya, itulah nata de coco. Usaha Nata de coco memiliki keuntungan yang cukup menggiurkan. Apalagi jika memasuki bulan puasa seperti saat ini dan saat musim kemarau. Perputaran uang sangat bagus sekali. Tulisan singkat bersambung ini akan menjelaskan mengenai investasi yang diperlukan di bisnis pembuatan nata de coco, pengemasan hingga pemasaran.

Biasanya ada 2 sektor penting dalam usaha nata de coco: pembuatan raw nata de coco lembaran dan pengemasan nata de coco.

1. Pembuatan Nata de coco mentah (raw)
Nata de coco umumnya merupakan hasil fermentasi bakteri acetobacter aceti pada air kelapa atau santan kelapa. Pada perkembangannya, sumber utama air kelapa kemudian disubtitusi dengan jus buah misalnya nanas, bahkan juga memungkinkan diganti dengan air yang ditambahkan formulasi bahan kimia lain sehingga mirip mirip dengan kandungan air kelapa. Prinsipnya adalah selama bakteri acetobacter dapat tumbuh pada media itu, maka kemungkinan besar akan terbentuk nata de coco sebagai hasil metabolisme sang bakteri setelah 7-10 hari.
Selengkapnya mengenai cara lengkap pembuatan nata de coco dibahas dalam artikel lain dalam blog ini.

Beberapa investasi yang dibutuhkan dalam tahap pembuatan nata de coco mentah ini adalah =
- Nampan persegi plastic dengan tinggi 10-15 cm untuk tempat inkubasi air kelapa selama 7-10 hari. Jumlah nampan tergantung banyaknya produksi yang kita seting. Umumnya 1 nampan bisa menghasilkan 1 kg lembaran nata.
- Rak Kayu, tempat meletakkan nampan
- Ruangan inkubasi. Misalnya per 1 periode, menggunakan 100 nampan yang membutuhkan ruang luasan a meter persegi. Berarti jika kita ingin setiap hari panen nata maka diperlukan minimal 7xa meter persegi ruangan
- Botol bekas 650 ml. Ini digunakan untuk pembuatan stater. 1 Botol bisa digunakan untuk 3 nampan
- Mesin pemotong dan penyayat. Nata mentah yang dihasilkan masih dalam bentuk lembaran sehingga harus di bersihkan (disayat) dan dipotong berbentuk kubus.
- Bak Pencucian dan perendaman

2. Pengemasan Nata de coco
Kebanyakan usaha kecil pengemas nata de coco merupakan usaha yang terpisah dari pembuatan raw nata de coco. Usaha ini membeli raw nata de coco sudah dalam bentuk potongan. Ada juga yang membeli dalam bentuk lembaran untuk kemudian diperlukan instalasi mesin pemotong dan penyayat sendiri.

Berikut ini beberapa investasi yang dibutuhkan =
- Mesin potong dan penyayat, hanya jika membeli dalam bentuk lembaran
- Mesin cup sealer. Jika anda memutuskan mengemasnya dalam kemasan plastik cup, berarti anda butuk sebuah cup sealer. Di pasaran sudah tersedia cup sealer mulai dari manual sealer (kapasitas 5 cup per menit) seharga 600-800 ribu per unit, semi automatic sealer (gambar disamping kiri), hingga full automatic sealer (gambar samping kanan) dengan 1 kali stroke sealing sebanyak 4-10 line. Untuk mesin yang disebutkan terakhir ini kapasitas bisa mencapai 1000 karton isi 24 cup per jam







- Mesin plastic sealer. Atau jika anda mengemasnya dalam kemasan plastik persegi biasa (4 side plastic) anda tetap membutuhkan mesin sealer. Bentuk dan harganya juga beragam


Bagaimana jika di suatu daerah kekurangan nata de coco mentah. Sedangkan biaya kirim bahan baku nata dari propinsi tetangga cukup memakan biaya jika ingin bersaing di harga akhir. Tunggu di tulisan selanjutnya di blog ini.


Kamis, Agustus 28, 2008

Membedakan Asset (Harta) dan Liabilitas (Kewajiban)

Bagi orang kaya, uanglah yang bekerja keras untuk mereka, bukan sebaliknya bekerja keras untuk mendapatkan uang (Robert T Kiyosaki). Anda sudah dikatakan kaya raya manakala passive income jauh 2-3 kali melebihi active income dan pengeluaran anda. Untuk mengetahui dari mana sumber passive income, anda harus bisa membedakan antara Asset (Harta) dan Liabilitas (Kewajiban). Banyak golongan miskin dan menengah yang menyangka mereka memiliki banyak asset, sayangnya tidaklah demikian. Akibatnya mereka tidak bisa menjadi kaya.

Definisi asset adalah apapun yang menghasilkan uang masuk ke kantong kita, sedangkan Kewajiban adalah apapun yang menyebabkan uang keluar dari kantong kita.

Misalnya, Mobil dan rumah bisa tergolong sebagai asset maupun kewajiban.
Jika anda membeli mobil, setiap bulan anda harus mengeluarkan biaya bensin, cicilan kredit ke bank, perawatan, gonta ganti spare part dan aksesoris, pasang Video player, ganti oli dan pajak tahunan. Belum lagi kehilangan uang seiring dengan turunnya harga mobil. Anda membeli mobil sekarang, seandainya besoknya anda menjual kembali ke dealer, dipastikan harganya sudah turun. Ini berarti karena mobil, uang dari kantong anda keluar.
Demikian juga dengan rumah. Jika anda memiliki 2 rumah, 1 anda tempati dan 1 lagi dihuni oleh saudara saudara anda, dimana kesemuanya tentu memerlukan biaya perawatan, penggantian cat, bayar listrik, pajak PBB, uang kebersihan, artinya rumah anda menjadi beban kewajiban kantong anda.

Lho, bukankah bank sering mengatakan bahwa rumah adalah asset ? Ya, benar tetapi bukan untuk anda, tetapi asset bagi bank jika anda mengagunkan rumah tersebut untuk pinjaman. Rumah anda adalah asset dari Bank, bukan asset anda.

Berbeda jika rumah yang ada, anda sewakan atau buka kost kostan dimana setiap bulan anda menerima penghasilan yang jauh lebih besar dibanding biaya perawatan rumah, maka itu namanya rumah sudah berubah menjadi asset anda dan dikatakan anda memiliki passive income.
Anda membeli mobil baru dengan kredit? Kemudian dipinjamkan ke perusahaan rental mobil. Jika penghasilan dari menyewakan mobil ini lebih besar dari kewajiban anda mencicil mobil dan perawatanny, baru kemudian mobil ini dinamakan asset bagi anda sebagai sumber uang bagi kantong anda.

Robert T Kiyosaki menjadi kaya raya dengan cara membeli banyak properti dengan menggunakan pinjaman bank untuk kemudian disewakan, atau dibagi bagi dalam jumlah kecil dan dijual kembali dengan harga tinggi sehingga cicilan bank dibayar dengan sewa.

Perkecil kewajiban anda dan perbesar asset anda . Makin besar asset anda, makin besar passive income anda. Makin besar kuadran passive income, makin kaya anda dan kalau sudah begitu diharapkan makin banyak waktu untuk kegiatan social membantu orang lain.

Selasa, Agustus 26, 2008

4 Situasi dalam Hidup

Menurut Robert T. Kiyosaki, ada 4 jenis atau kuadran situasi kehidupan yang berhubungan dengan uang dan waktu yang anda miliki. Termasuk dimana kuadran anda ?

Kuadran I = Punya Waktu, Tapi Tidak Punya Uang

Anda yang berada pada kuadran ini memiliki waktu yang sangat banyak tetapi karena beberapa hal anda tidak bisa menghasilkan uang dari waktu anda yang berlebih. Waktu anda tidak efektif digunakan untuk memberi nilai tambah. Padahal, uang datang apabila kita memberikan nilai tambah (value added) pada sesuatu. Yang termasuk golongan kuadran I ini misalnya pengangguran, ibu rumah tangga yang anaknya relative sudah besar, dll

Kuadran II = Punya Uang, Tapi Tidak Waktu

Anda masuk ke kategori ini jika anda adalah seorang self employee/wirausahawan dimana tanpa kehadiran anda maka usaha yang anda jalankan tidak mendatangkan uang ke kocek anda. Misalnya pedagang mie ayam yang merangkap sebagai juru masak utama. Makin banyak order, makin sibuk si pedagang, makin besar omset yang dia punya, tetapi waktu dia bersama anak dan keluarga sangat sedikit, berolahraga jarang, say hello ke kerabatpun berkurang. Makin banyak orderan, makin punya banyak uang tapi tidak punya waktu.

Kuadran III = Tidak Punya Waktu dan Tidak Punya Uang

Mungkin kuadran III inilah yang akan paling dihindari, sudah tak ada uang, waktu pun tak ada.
Tapi tahukah anda justru di kuadran ke 3 ini lah jutaan orang di Indonesia bahkan di dunia masuk ke katagori ini, yakni anda yang berprofesi sebagai karwayan. Sebuah Ironi ?Bukankah karyawan punya uang dari gaji bulanan mereka ? Coba perhatikan penjelasan berikut.

Seorang karyawan, katakanlah tinggal di bekasi, punya kantor di Sudirman. Tiap pagi sebelum ayam tetangga bangun, dia harus sudah bangun paling telat jam 5, naik bus ke stasiun kereta bekasi dan berdiri di kereta menuju stasiun kota dilanjutkan ke Sudirman. Demikian juga saat pulang dari kantor pukul 5 sore, sampai di rumah sudah larut malam. Pagi berangkat anak belum bangun, begitu pulang anak sudah tidur kembali. Mereka tidak punya waktu.

Akhir bulan dapat gajian. Lalu bayar tagihan PLN, telpon, pulsa HP, kartu kredit, uang sekolah anak, kredit mobil, motor, rumah, beli pakaian, dan seterusnya hingga baru minggu ke 3 sudah kehabisan uang. Belum lagi makin tahun kebutuhan anak sekolah makin besar. Bisa dibayangkan kehidupan setelah pensiun nanti, dimana tanpa penghasilan tetapi pengeluaran hidup tetap ada. Kesimpulannya they have no money.
Untuk siklus keuangan sepanjang hidup, saya jabarkan di tulisan lain di blog ini.

Kuadran IV = Punya Waktu, Punya Uang

Berada di kuadran ini menjadi cita cita banyak orang. Kondisi pada kuadran ini uang dan orang lain lah yang bekerja keras untuk anda, sehingga anda tidak perlu pusing dan banyak waktu untuk itu. Ini adalah kuadran bagi anda yang memiliki passive income jauh lebih besar dibanding active income anda. Passive income ini bisa berasal dari investasi atau bisnis yang sudah tersistem dan tidak memakan waktu anda. Bagaimana cara mendapatkan passive income ? akan saya bahas pada tulisan selanjutnya